Cerita SMPN 5 Bandung yang Berdiri Tahun 1920, Dulu Pernah Jadi Penjara bagi Orang Belanda
Sebelum menjadi sekolah seperti sekarang, SMPN 5 Bandung punya cerita sejarah kelam. Dulu pernah menjadi penjara bagi orang Belanda.
Sebelum menjadi sekolah seperti sekarang, SMPN 5 Bandung punya cerita sejarah kelam. Dulu pernah menjadi penjara bagi orang Belanda.
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Kota Bandung menjadi salah satu saksi sejarah perkembangan pendidikan di kota kembang. Letaknya ada di Jalan Sumatera nomor 40, Merdeka, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat.
Dari bentuknya, masih kental nuansa kolonial belanda lewat dindingnya yang menjulang tinggi. Terdapat beberapa pilar berbentuk bulat memanjang, khas bangunan Eropa tempo dulu. Fasad dan daun pintunya masih berbentuk lebar dan terbuat dari kayu serta besi.
Berdasarkan kisah sejarah, sekolah ini dulunya berstatus sebagai tempat belajar di jenjang dasar. Anak-anak pribumi terpilih, serta dari kalangan Belanda dan Tionghoa lah yang diperbolehkan sekolah di sini.
Selain sebagai tempat menimba ilmu, di sini juga dulunya pernah dijadikan penjara bagi orang-orang Belanda. Seperti apa kisah selengkapnya? Yuk, simak informasi tentang SMPN 5 Kota Bandung berikut ini
Mengutip laman resmi SMPN5 Bandung, pasca pendiriaannya di tahun 1920, sekolah tersebut dulunya merupakan sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs).
MULO memiliki status setingkat sekolah jenjang dasar dengan ilmu luas.
Sesuai namanya, kurikulum yang diajarkan adalah seputar ilmu pendidikan dasar dengan tambahan sedikit materi untuk tingkat selanjutnya.
Walau untuk tingkat dasar, sayangnya sekolah ini tak bisa menerima siswa sembarangan. Hanya dari kalangan pribumi tertentu, serta kalangan Belanda dan elite Tionghoa yang menjadi prioritas siswa.
Karena pemerintahan dikuasai penuh oleh penjajah, maka bahasa yang digunakan di sekolah harus menyesuaikan. Bahasa Belanda jadi yang populer sebagai bahasa resmi kota atau kabupaten saat itu, karena para tenaga pengajar berasal dari Eropa.
Ini membuat para siswanya diajarkan dengan bahasa Belanda yang baik dan benar, sehingga bisa memahami materi serta informasi pengantar di sekolah tersebut.
Sebelumnya, ini merupakan tindak lanjut dari peraturan pendidikan yang terakhir direvisi pada 1892. Isi peraturan tersebut tertulis bahwa tingkat pendidikan dasar bagi masyarakat Hindia Belanda harus disempurnakan melalui pendirian MULO di setiap karesidenan (setingkat provinsi), kawedanan (di bawah kabupaten di atas kecamatan), kabupaten serta lokasi perdagangan.
Dulunya, sekolah ini memiliki jenjang yang lebih panjang daripada sekolah-sekolah di masa sekarang.
Ini terkait peraturan MULO yang terbit di tahun 1914, dan mengharuskan siswanya lulus dalam tenggat lima tahun.
Dihadirkannya MULO di Indonesia, termasuk Bandung terkait politik balas budi Belanda dengan memberikan kebutuhan pendidikan bagi negara-negara jajahannya.
Dahulu, bagi masyarakat yang tidak bisa bersekolah di MUl Oakan diarahkan ke sekolah swasta resmi milik pemerintah, seperti Taman Siswa, Perguruan Rakyat, Sekolah Kristen dan Katolik juga jalur pesantren milik lembaga Islam.
Sekolah ini kemudian beralih fungsi setelah masuk kolonial Jepang. Tekanan yang kuat terhadap rakyat Indonesia dan penjajah Belanda, membuat bangsa Eropa kalah.
Mereka banyak dipersekusi oleh tentara Jepang, termasuk dipenjarakan. Bangunan SMPN 5 ini menjadi salah satu lokasi penjara bagi bangsa Eropa Belanda yang terjebak di Indonesia.
Pasca kemerdekaa, sekolah ini kemudian diresmikan pada tahun 1950-an. Fungsinya juga dikembalikan sebagai sekolah yang dikelola pemerintah. Sejalan, nama bangunan kemudian diresmikan menjadi SMPN 5 Kota Bandung.
Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) Andika sempat hampir tidak naik kelas. Begini cerita pengakuannya.
Baca SelengkapnyaBangunan SMP N 16 Kota Cirebon saat ini sudah berusia 108 tahun.
Baca SelengkapnyaSerangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaAda sejarah penting di balik tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Baca SelengkapnyaPNM menuangkan kepedulian dengan menghadirkan Ruang Pintar di berbagai pelosok daerah Indonesia.
Baca SelengkapnyaPenduduk desa di sini 90% adalah orang Sunda dan pendukung setia Persib.
Baca SelengkapnyaSekolah ini menjadi tonggak pendidikan di Sumatra Barat.
Baca Selengkapnyapelaku beralibi bukan sebagai sebagai pelaku, malah mencurigai pihak lain.
Baca SelengkapnyaBangunan yang didirikan kolonial Belanda ini pernah menjadi tempat pengasingan Soekarno dan tokoh nasional lainnya.
Baca Selengkapnya